Select Menu

ads2

Slider

Mount Rinjani

Hot News

Lombok Destinations

Mount Tambora

Wonderful Indonesia

Indonesian Channel

Videos

» » » Legenda Dewi Anjani | Ratu Penguasa Gunung Rinjani
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

Dewi Anjani
Dua puluh pasangan jin bangsawan diubah menjadi manusia. Penjelmaan ini puncak dari kemurkaan Dewi Anjani, ratu jin yang bertahta di puncak Gunung Rinjani. Legenda tentang kesaktian Dewi Anjani ini, melahirkan cerita tentang Doyan Nede. Dari sinilah spekulasi menyebutkan bahwa orang-orang Sasak di Pulau Lombok adalah keturunan bangsa jin! 20 elf lord couples

DALAM buku Hikmah Indonesia Masa Kini, Hikmah Masa Lalu Rakyat yang diterbitkan Lembaga Studi Realino dan Penerbit Kanisius pada 2005, tertulis tentang asal-usul masyarakat Suku Sasak yang bersumber dari dua legenda, yaitu Doyan Nede dan Gunung Pujut.

Pada legenda Doyan Nede, nenek moyang pertama orang Sasak adalah jelmaan 40 jin yang melahirkan pemimpin atau pendiri kerajaan di berbagai wilayah di Pulau Lombok, antara lain Selaparang, Pejanggik, Langko, dan Bayan. Sedangkan legenda Gunung Pujut menceritakan tentang seorang pangeran dari Majapahit yang mengembara hingga ke Pulau Lombok. Di sekitar Gunung Pujut, ia mendirikan negeri bernama Kerajaan Pejanggik.

Mitos dan legenda tersebut belum beranjak dari benak sebagian masyarakat Sasak, merujuk pada mitologi Dewi Anjani yang diyakini sebagai penghuni awal atau generasi pertama masyarakat Sasak.

Spekulasi historis berdasarkan mitologi tersebut, mengusik Budayawan Sasak H Lalu Agus Fathurrahman. “Lha, masak orang Sasak ini dari bangsa jin, kan ndak masuk akal,” kata Agus yang sempat melakukan riset tentang legenda Dewi Anjani.

Agus mulai menelusuri dari kata “dewi”. Sepanjang yang ia ketahui, dalam tradisi Sasak tak mengenal istilah dewi yang bermakna putri yang cantik. Sasak juga tak mengenal kata “siti”. Misalnya nama Hawa, menjadi Siti Hawa, Maryam menjadi Siti Maryam, atau Aisyah menjadi Siti Aisyah. “Ini pekerjaan siapa? Kata dewi dan siti tak ada dalam tradisi Sasak,” ucapnya.

Demikian pula saat ia mencari tahu tentang kata “Anjani”. Dalam kamus Sanskerta pun tidak ada ditemukan. “Hanya saya ketemu kata Anjani adalah ibu dari Hanoman. Bukan sebagai bahasa. Tetapi, saya mencoba menggunakan pendekatan linguistik. Saya ketemu Anjarun. Itu Bahasa Arab. Artinya sauh perahu. Bisa jadi, Anjarun, ada proses morfologis, anjari menjadi Anjani,” jelas Agus Fathurrahman.

Mitos Dewi Anjani sendiri, terdapat beberapa versi. Selain ada yang mengatakan putri jin yang menguasai Gunung Rinjani, ada pula versi lainnya. Di Sembalun, misalnya. Sebagian masyarakat menyebut Anjani adalah Bunda Waliyullah.

Sedangkan di kawasan yang lebih tersembunyi di sekitar Rinjani, pada kategori komunitas yang lebih tua, menyebut Dewi Anjani adalah Nabi Insun. “Nah, kita coba menggunakan metoda filologi. Siapa Dewi Anjani kemudian kaitannya dengan dua puluh pasang jin bangsawan,” ucapnya.

Mitos, adalah ilmu pengetahuan pada masanya. Mesti dibedah menggunakan metodologi pada masa itu. “Pakai metode durus. Metode hermenetika, gali pakai itu. Dua puluh itu apa artinya, kemudian ada melahirkan Pengulu Alim sebagai pemimpin pertama yang sampai sekarang diyakini masih ada, dan itulah kepemimpinan orang Sasak, yaitu pengulu,” papar Agus.

Menurut Agus, setelah era penjajahan, pengulu-pengulu yang banyak tersebut dihabisi perannya. Lalu diangkatlah pemimpin baru yang diberi gelar demung.

Lalu, kepemimpinan pengulu bermertamorfosis. Di Lombok bagian selatan menjadi kiyai, sedangkan di bagian utara menjadi lokaq, “Sampai sekarang itu masih hidup. Itulah Pengulu Alim yang melahirkan Doyan Nede. Atau Temelak Mangan dalam mitologinya,” tambahnya

Agus mengingatkan perlunya metode khusus untuk menerjemahkan mitos, sehingga hal inilah yang mendorongnya untuk mendalami kajian filologi dan menulis tentang epistemologi mitos dan legenda.

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments

Leave a Reply